Minggu, 03 Juni 2012

Filled Under:

Cerpen "Kisah Kasih di Bangku Sekolah"


KISAH KASIH DI Bangku SEKOLAH
Created By Rominar Ulini

M

inar adalah murid yang cerdas, tetapi sayangnya dia malas belajar. Ia siswi kelas XI IPA di SMA 14 Batam. Sekolah favorit anak-anak daerah Sengkuang dan Batu Merah. Ia masuk jurusan IPA bersama dengan teman sekelasnya pada waktu kelas X. Sebelum itu mereka saling menanyakan satu dengan yang lain mengenai jurusan yang mereka pilih. “Nar kamu nanti masuk jurusan apa? IPA atau IPS?” tanya dina teman sekelasnya. “Aku sih maunya jurusan IPA, kan kamu tahu din kalau aku suka pelajaran kalkulasi.” jawab Minar dengan yakin. “Oh iya aku lupa, biasa dah tua.” Cerenges dina. “O iyaa kalau kamu maunya masuk jurusan IPA atau IPS? tapi kalau saran aku bagusnya masuk IPA aja. Karena enak lho masuk IPA itu. Untuk lanjut pun lebih mudah.” jelas Minar. “Aku juga berpikir gitu nar.” kata dina. “Ya ampuun ga nyangka ya kita sehati, cucook deh” celoteh Minar. Dina pun tertawa melihat tingkah Minar yang cerewet dan suka memotong-motong pembicaraan orang lain. Dina sudah tidak heran dengan sikap temannya yang satu itu. Walaupun begitu mereka sangat akrab dan dekat.

***
          Pagi yang sangat cerah, Minar pun pergi ke sekolah dengan ceria. Pagi ini ia bangun pagi-pagi, beda dengan hari-hari biasanya, yang selalu kesiangan. Sebelum pergi ke sekolah ia sarapan roti bakar di tambah susu rasa cokelat yang telah di buatnya sebelum mandi. “hmm, nyamii...!!” Minar merasakan roti dan susu dengan nikmatnya. Hari ini ia bangun pagi karena ia akan memasuki kelas barunya. Kelas jurusan IPA yang akan semakin banyak saingan untuk dapat meraih kesuksesan baginya. Ia sangat senang akhirnya ia dapat diterima masuk jurusan IPA, walaupun sudah menyangka sebelumnya, tapi ia belum terlalu yakin. Tapi sekarang ia sudah yakin dan sah menjadi anak IPA. Jurusan yang banyak disegani banyak orang,  jurusan yang banyak disukai oleh para juara kelas, jurusan yang menjadi incaran murid-murid yang suka pelajaran kalkulasi. Mungkin ini adalah suatu anugrah dari Tuhan, bahwa Minar harus serius belajar. Karena dengan masuknya ia di jurusan IPA, membuatnya harus bisa lebih dari kakaknya. Kakaknya dulu juga masuk jurusan IPA di sekolah yang berbeda, dan pernah meraih juara umum di sekolah. Oleh sebab itu Minar ingin menjadi seperti kakaknya bahkan bisa lebih darinya.  Sebenarnya Minar siswi yang cerdas, tetapi karena lingkungan dan pengaruh dari teman-temannya terkadang membuatnya malas untuk belajar.
          Pagi itu ia diantar oleh seorang abangnya yang kebetulan juga ingin berangkat ke sekolah. “bang, aku nebeng ya. Abang kan mau ke sekolah aku pun begitu bang, kita bareng ya, ya,ya,ya,”, Minar memohon. “ baiklah, ayo naik, aku sudah telat soalnya. Kalau kamu enak dekat, aku jauh ni sekolahnya.” ujar abangnya Minar. “ iya deh!!” kata Minar sambil menaiki motor.
          Minar sampai di sekolah sebelum bel berbunyi. Ia mendapati teman-temannya di kelas lamanya. Minar menjumpai mereka sedang asyik berbicara. Ada yang menggosip tentang artis korea atau film korea, tentang jurusan , ada juga tentang cowok gebetan mereka. Itulah situasi kelas di pagi hari. Minar langsung menyapa temna-temannya. “ hai teman-teman”, sapa Minar sambil melambaikan tangannya. Minar emang orang yang sedikit lebai dan agak narsis. “sok cantik kali si Minar ini, sok imut,” ujar salah satu temannya.  “hahahaha, emang aku cantik dan imut kok, baru sadar ya?? Makanya beli tu majalah sekolah. Ketinggalan gosip sih lo. Aku kan cewek paling cantik di SMA ini. Cewek idaman para lelaki, wkwkwkwkwk.“ canda Minar sambil tertawa terbahak-bahak. “Sejak kapan sekolah kita punya majalah?? lagian kalau ada nar, lo itu cewek paling cantik iya, cantik jidat lo iya juga nar, hahahaha....” ejek salah seorang temannya Minar. “Kurang asem lo.” Minar berjalan masuk ke dalam kelas. “Iya aku kan emang manis, makanya asamnya kurang hahaha....”  balas temannya dengan tak mau kalah. “Huuhhhh!!! Sabeeetttttttt..”teriak Minar dengan geram dan menghampiri Sabet . “Sabet, lucuu banget siiihhh!!” sambil mencubit pipi elisabet. “Minaaararaaararrrrr” teriak Elisabet.
Bel sudah berbunyi, segera para siswa berbaris di lapangan untuk mendengarkan pengumuman yang akan disampaikan oleh bu Nely. Walaupun bel sudah terdengar, masih saja teman-teman di kelas Minar ada yang berbicara dan tidak menghiraukan bel yang telah dibunyikan. Makanya tak jarang bel sekolah di bunyikan dengan lama sampai para siswa sadar bahwa bel sudah berbunyi yang menandakan tanda masuk kelas atau adanya pengumuman yang akan di umumkan. Bu Nely teriak-teriak menyuruh untuk berbaris di lapangan agar cepat turun dan berbaris sehingga waktu tidak berlangsung lebih lama. Bu Nely adalah seorang guru SMA 14 bagian kesiswaan. Jadi, segalanya tentang siswa akan berhubungan dengan ibu guru yang mengajar mata pelajaran bahasa inggris ini. Bu Nely mengumumkan kelas yang akan dipakai oleh para siswa sesuai dengan kelas yang sudah di tentukan sebelumnya. Minar dan teman-temannya langsung menuju kelas barunya, yaitu kelas XI IPA. Minar menemukan kelas yang sudah berisi teman-teman barunya. Senyuman baru, teman baru tetapi wajah yang tak asing baginya. Minar memilih tempat duduk di barisan pertama dekat dengan guru. Posisi ini ia ambil agar ia bisa melihat tulisan di depan papan tulis dengan jelas dan lebih fokus belajar. Di belakangnya duduk seorang gadis kecil, berambut panjang, wajahnya manis. Minar menyapanya “ Hei, masuk kelas IPA juga ya,” tanya Minar basa-basi. Padahal sudah tau ia memasuki kelas XI IPA masih juga di tanyakan. Walaupun tidak penting itulah cara Minar memulai perkenalannya dengan teman barunya. “Iya, kalau boleh tahu kamu siapa ya??” tanya teman barunya itu. “Aku manusia dong, hahaha..” jawab Minar dengan tidak serius. “Oh aku kira hantu di siang bolong hahahaha...” ujarnya sambil tertawa kecil. Ternyata teman barunya ini bisa di ajak bercanda juga, walaupun Minar tidak menyangka sebelumnya. “Oh iya namamu siapa?” tanya teman barunya itu. “Aku Rominar, panggil saja dengan Minar. Kalau kamu siapa?” jawabnya dengan senyuman. “Namaku Wilsa, cewek terimut, hahaha.....” sebut Wilsa sambil tertawa menahan kenarsisannya. Mereka pun mulai akrab. Wilsa teman barunya Minar, orang yang narsis juga, tak kalah dengan Minar yang juga seorang yang narsis. Mereka adalah dua orang yang sama-sama narsis di kelas. Dan di samping Wilsa adalah tempat duduk Dea. Dea adalah teman SMP Minar, apalagi mereka mempunyai rumah yang berdekatan oleh sebab itu Minar mengenalnya dan tak perlu adanya salam perkenalan. Tak lama Minar berbincang dengan Wilsa salah seorang guru masuk ke kelas. Guru bertubuh kecil tapi cantik, care dengan banyak murid dan suka membuat lucu sehingga murid menjadi lebih tertarik untuk dekat dengannya. Ia adalah seorang guru bahasa indonesia, namanya Bu Santi. Bu Santi masuk denagn wajah yang ceria dan bersemangat dan menyapa kami.“Selamat pagi anak-anak.” sapa Bu Santi. “Pagi ibu.” jawab para murid. “Ya, hari ini adalah hari perkenalan bagi kita, sebelumnya sudah tahu kan nama saya.” tanya bu Santi dengan suara kerasnya. Ada yang mengatakan sudah dan juga yang belum. Minar berpikir bahwa yang mengatakan belum hanyalah seseorang yang pura-pura tidak tahu padahal sebenarnya ia tahu nama bu Santi. “Okelah kalau begitu, nama saya bu Santi.”kata bu Santi. “Panjangnya sipa ibu” tanya salah seorang murid. “Bu Saaaannnnttiiiiiii.. hahahaha” bu santi menjawab sambil tertawa dengan  semangatnya.”Untuk apa kalian tahu nama panjang saya, memangnya kalian mau panggil saya dengan nama panjang, bu Santi saja kalian sudah susah, gimana kalau panggil nama saya yang panjang.” celoteh bu Santi. Bu santi adalah guru yang humoris, dalam proses belajar pun begitu. Ia tidak mudah marah walaupun ada murid yang menghina dan mengejeknya jika sedang bercanda. Ia hanya membalas dengan senyuman dan terkadang membalas dengan candaan. “Sudah-sudah!!! sekarang kita serius ya. Pertama-tama saya mengucapkan selamat kepada kalian yang sudah masuk di kelas XI IPA ini. Kalian adalah orang-orang pilihan. Dari lima kelas kalian yang dipilih untuk masuk kelas IPA ini. Kami sudah rapat dengan kepala sekolah. Dan inilah hasilnya. Inilah sekarang orang-orang yang akan kami banggakan.” Jelas bu santi dengan panjangnya. Kami mendengarkan dengan baik apa yang bu Santi jelaskan. Bu Santi juga memotivasi kami untuk rajin belajar untuk bisa lulus ujian nasional mendatang.
***
          Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Dan Minar semakin akrab dengan teman-teman sekelasnya. Minar berteman dengan Wilsa, Beti, Dea dan Dewi. Mereka dekat tempat duduknya dengan Minar. Di sekolah Minar sedang belajar dengan teman-temannya. Tak lama kemudian bel berbunyi tanda proses belajar sudah selesai dan saatnya untuk istirahat. “Nar ke kantin yuk laper ni.” ajak beti. “Iya aku juga laper ni. Teman-teman ke kantin yuk.” ajak Minar dengan temannya yang lain. ”Ayuk” Dea menjawab. “Kalian mau jajan apa woi??” tanya Minar. “Aku mau beli nasi lah” sahut Wilsa. “eh aku juga.” tambah Dewi. “Tapi nanti temenin aku beli bakso ya. Soalnya tadi aku sudah makan dari rumah. Jadi tak terlalu lapar. ” kata Beti dengan memohon. “Pantesan!!” jawab Minar. “Oh ya udah kalau gitu kita beli nasi dulu setelah itu beli bakso ya.” perintah Dea. “Ok deh!!” Sahut beti. Setelah siap membeli apa yang mereka inginkan mereka langsung menuju ke kelas. Mereka merapatkan meja dan kursi agar mereka bisa makan bersama dengan saling berpandangan satu dengan yang lainnya. “Sebelumnya kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing ya woi. Berdoa mulai..... selesai.” cibir Beti. “Teman-teman kalian ada yang mau?? Mari kita berbagi hahaha.....” canda Minar dengan tawanya yang kecil. “Nar aku minta ya,” beti memohon. “Gak boleh!!” ketus Minar. “Tadi boleh katanya.” Keluh beti yang sedikit tampak murung. “Ya elah becanda doang bet.” Jawab Minar dengan senyuman. ”Ahhh mbak ini.” Ujar beti. Mbak adalah sebutan untuk Minar, karena Beti merasa Minar lebih tua darinya sehingga ia memanggilnya denagn sebutan mbak. “Nasi bude hari ini kenapa kurang enak ya, tempenya terlalu kering.” keluh Minar. “Masa sih coba aku rasa,” pinta Beti pada Minar. “Rasa atau Rasa ni hehehe” sebut Minar dengan seyuman. Beti hanya tersenyum saja. “Iya ya..  yasudalah mbak makan saja kan gak mungkin di buang.” “Iya bet” ujar Minar. Setelah mereka selesai makan bel berbunyi tanda istirahat selesai. Mereka harus memasuki kelas karena pelajaran akan segera di mulai. “Selamat pagi anak-anak” sapa bu Tati. Bu Tati adalah guru fisika satu-satunya di SMA 14. “Hari ini kita belajar tentang termodinamika. Buka bukunya halaman tiga belas.” Perintah bu Tati. Bu tati langsung membahas tentang pelajaran termodinamika, setelah itu ia memberi kami soal untuk di jawab agar bu Tati mengetahui sampai dimana kemampuan kami menangkap apa yang ibu jelasin barusan. “Kalian kerjakan halaman lima belas ya, jika kalian tidak mengerti kalian bisa bertanya.” Jelas bu Tati. Minar dan teman-temannya langsung membentuk sebuah kelompok untuk mengerjakan bersama. Minar mempunyai ide. “Agar lebih cepat bagaimana kalau kita satu orang dua soal-dua soal.”  “Yah bolehlah.” “Kan kita lima orang jadi pas pembagiannya untuk sepuluh soal ini.” Jelas Minar. Setelah mereka menyelesaikan soal, mereka mengumpulkannya dengan yakin dan setelah itu mereka mulai berbincang-bincang. Beti mengajak kami untuk berenang pulang sekolah ini. Dan kami menyetujui akan hal itu. Setelah pulang sekolah kami pun pergi untuk berenang bersama untuk menghilangkan stress yang ada.
***
                Setelah naik kelas XII, Minar dan teman-temannya masih sekelas, karena kelas IPA hanya satu kelas. Minar dan teman-temannya yang lain mendapat nilai yang berbeda-beda. Ada yang nilainya naik dan ada juga yang turun. Ada juga yang kecewa walaupun mereka sudah belajar dengan sungguh-sungguh. Minar juga kecewa dengan nilai yang ia raih. Ia cukup menyesal selama ini ia tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Tetapi nilainya ini ia jadikan sebagai motivasi untuk tahun berikutnya. Ia pulang ke rumah dengan wajah yang lesu dan badan yang tidak bersemangat, seperti orang yang tidak makan selama sebulan seakan tak ada harapan lagi dalam hidupnya. Sedangkan Dewi dan Dea meraih ranking masuk sepuluh besar. Mereka cukup senang dengan hasil yang mereka dapatkan saai itu. Kami berharap ini akan terus meningkat. Tidak hanya untuk Dea dan Dewi tetapi Minar, Beti dan Wilsa. Setelah itu kami sering belajar bersama, kami membahas pelajaran yang tidak kami ketahui di sekolah. Kami mengajari satu dengan yang lainnya. Jika kami tidak tahu, kami meminta penjelasan kepada guru yang bersangkutan. Begitulah hari-hari yang kami jalani.
                Hari minggu adalah hari libur untuk Minar bersama teman-temannya. Dimana mereka bisa berhenti sejenak untuk belajar dan menyegarkan pikiran. Waktu itu mereka berencana untuk pergi membeli buku di BCS. Buku yang akan mereka beli adalah buku untuk UN. Mereka membeli buku yang sama agar mereka bisa belajar bersama. Dan menyelesaikannya bersama. Setelah mereka selesai memilih dan membongkar-bongkar rak buku di gramedia mereka segera membayarnya dan pergi keluar dari toko tersebut. Mereka pergi ke lantai atas untuk melihat film yang sedang di putar dan yang  akan di datang di bioskop. Lalu mereka melihat ada tempat untuk karaoke. Mereka berbincang sejenak sebelum masuk kesana. Dea berkata “bagaiamana kalau kita karaokean.” tanya Dea. “Boleh deh” “Setuju ya kita karaokean.” Tanya Dea meyakinkan. Mereka pun masuk dan memesan ruangan. Mereka di antar oleh pihak petugas menuju ke dalam ruangan. Mereka pun masuk dan langsung mengotak-atik layar yang ada di depan. Tetapi tak ada perubahan yang terjadi. Televisi yang tadi hitam masih saja hitam gelap. Kami pun satu per satu mencoba untuk menyalakannya. Tetapi tak ada juga yang bisa menghidupkannya. Minar mengambil keputusan untuk bertanya kepada petugas. Karena kalau tidak begitu mereka akan lama di dalam ruangan tanpa ada hasil. Karena dengan bertanya mereka akan menemukan jawabannya. Minar dan Beti mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepada petugas. Petugas langsung menuju ke ruangan mereka dan menyalakan layar yang ada di depan. Mereka juga bertanya mnegenai bagaimana cara memutar  lagu. Setelah itu petugas keluar. Mereka pun memulai karokean. Lagu yang mereka putar sesuai dengan lagu favorit  masing-masing. Mereka sangat senang hari itu, tak lupa mereka narsis-narsisan untuk berfoto. Mengambil moment bahagia untuk dapat dikenang. Waktu menunjukan bahwa mereka selesai untuk karokean. Sebelum pulang mereka meminta maaf satu dengan yang lainnya, agar ujian yang mereka tempuh bersama  bisa menjadi lebih lancar. Mereka bahagia hari itu. Hari itu takkan dilupakan. Dan akan selalu dikenang. Semenjak hari itu mereka semakin dekat dan tambah akrab. Mereka saling berbagi dan saling memaafkan.

End





0 komentar:

Posting Komentar